Selasa, 01 Juni 2010

Journey To Sungai Bemban (Part 3)

Pontianak, 22 Mei 2010 (masih di hari yang sama)

Kawan, ku harap kau tidak bosan mendengar ceritaku. Hanya ingin menceritakan pengalamanku kawan, tak lebih.

Perjalanan kamipun berlanjut, setelah lepas dari razia ilegal yang menguras (keringat dan uang) kami. Untunglah, semangat kami tak ikut terkuras. Bayangan suasana pedesaan yang asri, serta sejuknya air gunung semakin memompa semangat kami untuk terus melanjutkan perjalanan. memasuki daerah Punggur, kami disambut jejeran pohon langsat yang sayangnya saat itu masih belum berbuah, namun menjadi pandangan menyejukkan bagi mata kami yang cukup lelah di tampar angin dan debu, memaksa air mata sesekali bekerja membersihkan sang indera.

Catat... Aku terus berkhayal kawan, akan keindahan desa itu, agar aku tetap bersemangat.

Kali ini kami memasuki perkebunan kelapa sawit. Berbanding terbalik dengan pohon langsat yang menjulang tinggi, menutup tubuh kami dari amarah mentari. Pohon sawit itu terbilang kerdil, seakan menertawakan 6 anak manusia yang tak lepas dari sorotan penerang satu-satunya siang itu, titipan Tuhan yang akan kami syukuri (terutama saat mengeringkan pakaian ^_^).

Daerah perkebunan itu memiliki satu-satunya jalur transportasi, berupa tanah kuning yang berasal dari pegunungan.Kami bersyukur siang itu terik kawan, karena kau dapat membayangkan bagaimana kondisi jalan jika hujan menyiram tanah merah itu (silahkan kau bayangkan). Di tepi jalan, (berdekatan dengan jejeran pohon sawit), masih dapat kau lihat jejak gilasan traktor, yang memenuhi hampir sepanjang jalan. 40 menit kurang lebih waktu yang kau butuhkan melewati kebun sawit dan tanah kuningnya, tanpa perlindungan sedikitpun dengan sorotan bola raksasa di atas sana yang tetap setia mengawasi kami.

Catat... Aku cukup khawatir akan kondisi lingkungan di sekitar perkebunan itu.

Hembusan nafas lega saat kami mencapai tanah merah terakhir. Semakin terbayang keramahan penduduk desa, seakan tak sabar segera bertemu mereka, sembari merebahkan badan ini walau untuk beberapa menit. Namun, bayangan itu harus kami tahan karena perjalanan ini masih menyisakan sekitar 1 jam kedepan.

Catat... Satu jam waktu yang cukup lama untukku.

Kami terhenti di satu ruas jalan. Satu ruas jalan dengan tanah hitam di sepanjang mata memandang. Jalan itu dihiasi dengan rumput liar dan beberapa pohon. Disisi kiri dan kanan terdapat parit yang membatasi jalan tersebut. Parit ini cukup curam kawan, kau akan membutuhkan tenaga dan bantuan ekstra jika kau terperangkap didalamnya. Namun, bukan itu yang membuat kami tertegun, tapi kondisi jalan yang digenangi air dan becek membuat kami harus menelan ludah hanya dengan melihatnya. Balum lagi parit disisi kanan kiri seakan tersenyum menunggu kami menghampirinya dan melumat kami dengan lumpur dan bau, yang dari jauh sudah dapat kami cium aromanya. Dan, disinilah petualangan dan penderitaan kami dimulai.

catat... Aku ragu kami akan tiba tepat waktu.

Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages

Welcome to my world

Satu dunia yang akan membuat mu mengenalku lebih jauh.
Siapa aku? bagaimana aku? Selamat datang.......