Buku merah itu….
Tergeletak di antara tumpukan buku-buku lainnya, tanpa pernah ia sentuh. Warna merahnya pun kini tak lagi jelas, pudar dan usang.
Buku merah itu….
Dulu sering ia buka dan ia torehkan pena diatasnya. Segala cerita hidup yang tak sanggup ia bagi dengan yang lainnya, ia tuangkan disana. Segala rintihan hati dan harapan akan sesuatu yang takmungkinpun ia simpan rapat disana.
Buku merah itu…
Menyimpan rahasia hati dari seorang gadis remaja yang mempunyai cita-cita yang bahkan melebii kemampuannya. Setiap hasrat ia torehkan disana, setiap duka ia adukan pula disana. Buku tua itu seakan menjadi teman setia bahkan mengalahkan teman yang sesungguhnya ( apakah ia punya teman? ).
Buku merah itu…
Menjadi penerang saat gelap menyelubungi. Ia bagai mendapat cahaya, hanya dengan membukanya dan mulai mengundang cahaya dengan tarian penanya.
Buku merah itu kini ia buka…
Dengan hati-hati ia mulai membersihkan debu yang hampir memenuhi seluruh cover buku merah itu. Satu tiupan dari bibir mungil nan indah, menerbangkan debu yang menari diantara sinar mentari dari celah jendela, meneriakkan pekikan kemerdekaan dari buku merah itu.
Lembar demi lembar buku merah itu ia buka…
Tiap kalimat ia baca dengan seksama. Kadang ia tertawa, namun terkadang ia menangis. Buku merah itu begitu asik menari di tangannya. Mereka seakan sepasang kekasih yang sedang melabuhkan rindu dengan irama cinta. Si gadis seakan teramat sayang kepadanya, terlihat dari caranya membalik tiap halaman dengan hati-hati dan penuh cinta.
Buku merah itu berhenti ia balik di satu halaman…
Air mata si gadis mengambang, tak tahan, jatuh diantara halaman yang terbuka. Seperti mendapat instruksi,air mata itu bergulir, meruntuhkan goresan pena yang tertata rapi dalam tulisan sang gadis, menyisakan noda hitam.
Tulisan itu tak semuanya luntur…
Masih terbaca satu kalimat penyebab terhentinya sang gadis di satu halaman itu. Satu kalimat yang menjadi harapan tertinggi sang gadis. Satu kalimat yang tergores tegas, memandakan betapa besar harapan si gadis…
"Tuhan, jika boleh aku meminta, aku hanya ingin dapat menyebutkan nama-Mu, dengan bibirku. Aku hanya ingin menyapa Ayah dan Ibu, dengan bibirku. Aku.. hanya ingin bisa bicara"
Fari safa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar