Minggu, 04 April 2010

Ia dan hujan

Hujan kawan, lama ia tak melihat hujan.

Butir demi butir air jatuh menyirami bumi, dan ia tertegun. Bias cahaya merah, kuning, hijau menghias langit diantara butir hujan yang terus bergulir. Benar, ini hujan.

Hampir dua tahun ia tak melihat langit, terkungkung di kegelapan (walau tak secara nyata). Dinding kamar dan segala perabotnya menjadi kawan setia menghabiskan hari-hari kelamnya. Isirahat panjang benar-benar membuatnya lelah, berbanding terbalik dengan hukum alam, dimana istirahat bertujuan menghilangkan lelah. Terlalu lama ia istirahat, melupakan dunia luar yang dulu menjadi bagian kehidupan, yang rasanya tak mampu melewati hari tanpa menyapanya.

Ia tak mampu menutupi rasa bahagia, bahagia akan realita bahwa ia dapat kembali menyapa teman lama, dunia luar. masih segar di ingatan saat ia berlari ketika hujan turun, sekedar mencari perlindungan dari basah dan dingin. Ia terus berlari dan bersembunyi dari hujan, selalu. Kini, seperti segunung rindu membuncah saat butir-butir air jatuh, pecah menghempas kepala, tangan, dan wajahnya. Entah kapan ia memulai, tapi ia telah asik bercengkrama dengan hujan, hal yang ia takuti dahulu.

Ia hanya ingin menikmati kebebasan, tanpa harus terkurung diantara dinding dan tembok yang seakan mengolok kelemahannya. Ia hanya ingin kembali mengenang masa dimana tak ada penghalang antara ia dan dunia.

Kenyataannya, penghalang itu ada, di depan mata pula. Dua tahun ia berada di kangkangan penghalang terkutuk, memisahkannya dari sahabat, kerabat, dan dunia. Penghalang itu merenggut masa indah yang ditaburi keceriaan dan riang tawa. Sebuah penghalang yang menghempaskan dunianya ke lapisan terbawah, rasa putus asa. Penghalang itu mengalir di tiap urat, menaburkan duri yang menancap. Penghalang yang menjelma menjadi satu momok yang menakutkan, Leukemia.

Wajahnya tak lagi merona, pucat seperti mayat. Gerakannya tak lagi lincah, kaku seperti manula. Senyumnya tak lagi menghias bibir, menyisakan rintihan pilu.

Di sisa umur yang tak seberapa ini, ia hanya ingin mengenang masa-masa dulu, kebebasan dan dunia luar. Ia pun ingin membuktikan bahwa ia tak takut lagi akan hujan.

Ia terjatuh, di antara tangisan langit, yang menjelma menjadi butiran indah nan menyejukkan, hujan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages

Welcome to my world

Satu dunia yang akan membuat mu mengenalku lebih jauh.
Siapa aku? bagaimana aku? Selamat datang.......