Kamis, 15 April 2010

Pereda murka Tuhan

kawan, apa kau pernah melihat para penjual nasi di warung-warung kecilpinggir jalan? Mereka menjual nasi lengkap dengan lauk pauknya. Tak jauh berbeda dengan rumah makan besar, merekapun menawarkan aneka lauk pauk, lengkap dengan sambal dan lalapannya. Namun, kau akan menemukan satu fakta, bahwa harga yang mereka patok jauh lebih murah dan dengan porsi yang lebih banyak pula.

Kawan, pernakah kau bertanya apa mereka tidak rugi menjual nasi lengkap dengan harga yang murah? Kenyataannya harga barang sekarang merangkak naik, dan hampir mustahil kau masih dapat menikmati makanan super jumbo dengan harga miring. Atau kau mungkin heran mengapa mereka bisa bertahan dengan usaha yang sama dari tahun ke tahun, tanpa ingin beralih ke usaha lain.

Kau akan mendapatkan kenyataan yang menghentakkan. Para penjual itu tak ingin meraup untung sebesar-besarnya seperti para pengusaha yang tak pernah melihat ke bawah, ke nasib orang-orang yang tak seberuntung mereka. Para pedagang itu hanya ingin mendapatkan sedikit rezeki untuk makan sehari-hari. Sudah bisa makan sehari-hari saja mereka senang, tak perlu mewah, asal makan.

Merekapun tak perlu barang-barang tersier yang megah, sekedar untuk membeli sabun buat keperluan mandi dan menyuci, mereka sudah senang. Tak pernah mereka menginginkan rumah mewah, pakaian indah, atau kendaraan megah yang menghiasi kehidupan mereka, cukup dengan terpenuhinya kebutuhan harian, tanpa harus meminta apalagi bergantung pada orang lain.

Dan kawan, satu alasan yang membuatku tertegun (atau mungkin kau), mengapa mereka tetap bertahan. Dengan senyum tulus mereka akan berkata "Siapa yang akan menyediakan makanan bagi mereka, para kuli dan buruh bangunan yang menjadi pelanggan tetap kami? Mereka tak akan sanggup membeli makanan dengan harga tinggi yang mencekik, sedangkan kebutuhan hidup sendiri sudah cukup mencekik. Asal dapat sedikit keuntungan untuk bertahan hidup, bagi kami tak mengapa".

Kawan, mari kita belajar dari mereka yang mensyukuri hidup. Mereka melihat segala sesuatunya bukan dari sudut pandang materi belaka. Mereka yang diantara kesulitan hidupnya,masih memikirkan kebahagiaan orang lain. Kehidupan mereka mungkin tak lebih baik dari para kuli itu, namun keindahan akhlak mereka jauh lebih baik dari kebanyakan kita.

Kawan, mereka adalah alasan Malaikat Rahmat masih membagikan rezekinya bagi bumi kita. Mereka adalah beludru halus yang saat menyentuhnya akan kau rasakan kelembutan luar biasa. Dan, mereka adalah tiang penyanggah langit, yang tetap menopang kokoh, pereda segala murka dan angkara Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages

Welcome to my world

Satu dunia yang akan membuat mu mengenalku lebih jauh.
Siapa aku? bagaimana aku? Selamat datang.......