Bermula dari malam itu, entah mengapa mataku ini sulit sekali terpejam, kucoba membaca beberapa buku (yang kata orang sangat ampuh mengundang ngantuk), tak jua mendatangkan hasil. oh ya, aku teringat jurus ampuh laiinya, ku coba mengerjakan tugas harian, yang hanya dengan memikirkannya saja aku ingin tidur, namun lagi-lagi tak membuahkan hasil. mata semakin "segar" saja, perut pun tak mau mengalah, ingin mendapatkah jatah yang seharusnya tak ada dalam jadwal malam ku. Alhasil, duduklah aku di depan televisi sambil ditemani mie rebus telur buatanku.
ku lirik jam, oh, baru jam 01.00. APA????? jam 01.00, setengah memohon aku berharap mata ini menemukan minatnya untuk sedikit terlelap. tapi, percuma. Aku semakin terlena dengan tayangan di depan mata. Alhamdulillah, rasa syukur tak sadar keluar dari mulutku, saat beberapa kali mulut ini menguap, dan mataku sepertinya telah menemukan minatnya untuk terlelap. Disinilah segalanya bermula.
kau pasti tau di mana seseorang menemukan kisahnya saat ia terlelap, yap, di dalam mimpi. mimpi yang tak ingin ku ulangi lagi. Bukan karena mimpi itu buruk, tapi karena mimpi itu indah, bahkan terlalu indah. Aku bermimpi berlari, bersama kawan dan saudara-saudaraku. Bersama mereka, aku melakukan apa yang ingin ku lakukan. Aku seperti orang yang baru menikmati suasana kebebasan setelah terkurung sekian lama di jeruji besi. puncak kebahagiaan itu, aku menjemput impian terbesarku, bertamasya sambil mensucikan diri di tanah suci bersama orang tuaku.
Aku terbangun, matahari menengok di selah-selah ventilasi jendela kamarku. Disanalah aku tersadar, bahwa aku sedang bermimpi. Kulirik di balik selimutku, ternyata aku memang bermimpi, karena aku mendapati kadua kakiku yang "buntung" akibat kecelakaan dua tahun lalu. tanpa sadar aku menangis, dan aku berjanji aku tak akan pernah memimpikannya lagi. Aku yakin, kau pasti tau alasannya......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar