Masih ku ingat, penuh perhatian (sembari membelai rambutku), ibu menyampaikan wejangannya. Wejangan yang hingga kini tetap tertancap bak akar pohon yang menghujam tanah.
Anakku,
Jadilah kau inspirasi bagi orang lain. Jadikan setiap tindakmu sentiasa bermanfaat bagi mereka. Siram mereka dengan ide-ide cemerlang mu. Bangunkan lena mereka dengan aksi cerdasmu.
Anakku,
Segala yang kita lakukan adalah ujian, yang kelak akan di mintai pertanggung jawabannya.
Lewati ujian itu dengan sebaiknya. Dapatkan predikat terbaik, agar kau tak malu saat masa evaluasi tiba. Fikirkan setiap langkah yang akan kau ambil, karena (sekali lagi) itupun akan kau pertanggung jawabkan.
Anakku,
Negara kita sedang di ambang kebimbangan. Pemimpin yang sewajarnya menjadi tumpuan, justru berbalik menyengsarakan. Jadilah kau pemimpin yang adil (sekecil apapun itu). Hilangkan hasrat menyenangkan diri atas kedudukanmu. Sungguh, kau telah gagal saat mereka yang ada di bawahmu menderita dalam kekuasaanmu.
Anakku,
Tak peduli sesibuk apapun dirimu, luangkan waktu untuk menghadap Sang Pemilik Waktu. Jadikan Ia tempatmu mengadu. Menangis lah jika kau ingin menangis saat menjumpai-Nya. Mintalah petunjuk kepada-Nya, Sang Maha Memberi Petunjuk. Jadikan Aturan-Nya acuan hidup mu.
Anakku,
Hormati yang tua. Orang tua adalah cerminan dirimu di masa mendatang. Muliakan ia dengan keindahan akhlak mu. Buat ia bangga dengan kerendahan hatimu.
Anakku,
Sayangi yang muda, mereka pun pelajaran bagimu untuk mendidik keturunanmu. Dekati mereka, bimbing untuk memanfaatkan masa muda kearah kebaikan. Jadikan dirimu sahabat sekaligus guru, tempat mereka berbagi dan mencari ilmu.
Anakku,
Asah senjatamu untuk meluluh lantakkan tirani. Hujam mereka dengan pedang kebenaran. Muntahkan pena kejujuran saat keangkara murkaan merajalela. Terkam musuhmu dengan cakar keadilan saat kesengsaraan mereka tebar di sekitarmu.
Anakku,
Ingat selalu pesan ibumu ini. Karena ibu yakin, dimasamu nanti, dunia kan semakin kejam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar