Aku mengenalnya belum lama. ia wanita biasa dengan sikap yang luar biasa. Biasa, paling tidak begitulah mereka memandangnya(ku rasa lebih karena mereka belum mengenalnya). Luar biasa, karena ia mampu membuatku "kagum" dengan kepribadiannya, dan ku yakin kau pun akan berpendapat demikian. akan ku ceritakan tentang nya.............
Awalnya aku tak begitu memperhatikannya, satu wajah tirus tanpa make up, dengan jilbab lebar menutup kepala hingga bagian dada. Anehnya, walaupun tanpa make up, wajahnya tetap kelihatan ayu (setidaknya demikian di mataku). Jika kau berfikir itu yang membuat ku mulai meliriknya, maka kau salah. aku justru tak menaruh perhatian padanya (setidaknya belum).
Ia tak seperti wanita pada umumnya. Disaat luang, bukan mall atau tempat perbelanjaan lainnya yang ia tuju, atau pun kantin yang kata orang tempat terbaik saat berada di kampus. ia lebih sering menghabiskan waktunya di taman belakang, ditemani buku yang sepertinya tak pernah lepas dari pandangan matanya. ia tak banyak bicara (bukan karena ia kekurangan kosakata untuk mengungkapkan sesuatu), ia tak banyak tertawa (namun senyum selalu menghiasi bibirnya). dan.... aku mulai meliriknya.
Ku pikir, ia tipe wanita yang tak begitu cerdas (lantaran ia tak begitu banyak bicara dan bergaul), ternyata aku salah. IPK nya tak pernah di bawah 3.5 (itupun ku tahu dari akademik).
"oke" fikir ku. ia pasti tak pandai berbicara di depan umum. lagi-lagi aku salah. ternyata ia terpilih menjadi wakil dari kampus kami dalam presentasi karya ilmiah.
ku coba mencari kelemahan dari gadis ini (bukan karena aku iri atau tak suka), tapi sepertinya aku tak menemukannya.
Dan.... rasa itupun semakin tumbuh.........
Belakangan aku baru tahu bahwa ia hidup hanya bersama ibunya. Ayahnya meninggal saat ia duduk di bangku sekolah dasar. dan namanya Ratih.
entah mengapa sejak mengenal Ratih, aku merasa berbeda. aku, anak tunggal yang dari kecil terbiasa sendiri. kedua orang tuaku sukses (menurut mereka), namun tidak bagiku. mereka sering meninggalkanku untuk urusan pekerjaan. terutama ayah, yang kehadirannya tak lebih dari jumlah jari salah satu tanganku dalam hitungan tahun. ya....kau boleh mengasihaniku,aku terima.
Pernah aku kabur dari rumah karena tak cocok dengan ayah. Hampir 2 tahun aku menghilang, pergi melupakan ayah ibuku, sekolahku, bahkan teman-temanku. Kadang aku tak yakin apakah mereka menyayangiku? karena, aku tak melihat itu dari tindakan mereka.
aku sempat mencoba berdekatan dengan narkoba. barang haram itu ku dapatkan dari seorang kawan yang bernasih hampir sama denganku. Dan kau tahu.... aku semakinjauh terpuruk.
Aku sering menangis saat mengingat masa laluku, masa dimana benih kekelaman ku tabur. Aku merasa sendiri, tanpa teman, dan terparah tanpa orang tua. Tak terhitung berapa banyak aku merepotkan keluarga om danu, yang mengangkatku dari keterpurukan itu.
Om danu adalah adik kandung mama, yang selalu menjadi persinggahan saat aku bertengkar dengan ayah. Beliaulah yang meyakinkan ku bahwa hidup ini tak sekedar pelarian, bagitu banyak yang bisa ku raih di masa mudaku, dan jadilah aku..... seorang mahasiswa semester akhir di fakultas tehnik.
Di kampus ini pula aku mengenal Ratih. dan di kampus ini pula aku menemukan perempuan yang lain dari mereka yang pernah aku kenal sebelumya, dan aku ingin bersamanya, ialah Ratih.
Bagai petir yang menyambar tanpa henti, saat Ratih menolak permintaanku untuk menjadi pacarnya. Aku marah, aku bingung dan yang pasti aku sedih. Apakah ia sudah punya pacar? aku bertanya-tanya. namun setahuku, Ratih tak pernah dekat dengan siapapun, terutama laki-laki. tunggu...... itu dia, aku tak pernah melihat ia bersama seorang lelaki, atau ia memang belum mau berpacaran? aku harus tahu jawabannya...
Hatiku hancur, saat Ratih menjelaskan alasannya menolakku. Alasan yang menurutku terlalu di buat-buat.
"bilang aja kalo kamu ga' mau, jangan pake alasan yang ga' masuk akal segala" saat aku meminta alasan kepada ratih.
"bukan begitu gar, tapi memang inilah yang diajarkan syariat kepada kita" jelas ratih.
"syariat apa? ga' pernah aku denger syariat kayak gitu. kalo kamu emang ga mau aku ga' keberata, tapi alasan ini......"
kami berdua terdiam, ratih hanya menggeleng dan meninggalkan ku dalam kemarahan.
aku bingung, bukan karena ratih menolakku, tapi karena alasan yang menurutku tak masuk akal. Ia bilang kalau Islam tak membenarkan adanya pacaran sebelum menikah. ah...... aku semakin kesal dan bingung.
Sejak itu, aku selalu mengawasi gerak-gerik ratih (tentu, tanpa sepengetahuannya). aku kesal dan penasaran. Rasa curiga mulai merasuki otakku, aku yakin ratih telah mempunyai kekasih hingga menolakku. Hingga..... di musholah kampus, aku melihat ratih bertemu dengan seorang lelaki. ada yang aneh disana, aku tak melihat jabatan tangan selayaknya seseorang yang sedang bertemu. Ratuh dan lelaki itu hanya melipat keduatelapak tangan mereka masing-masing di depan dada. Tak ada sentuhan, tak ada gerakan mesra, yang ada hanya obrolan biasa yang membuatku bosan.
Mataku tak lepas dari ratih dan lelaki itu. Namun, aku baru menyadari, tak pernah aku melihat mata ratih maupun pemuda itu saling bertemu. Ada apa ini? aku semakin bingung......................
(Bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar