Si pemuda memandang nanar. Urat-urat di leher terlihat jelas, di iringi erangan geram. Badan kokoh, besar, tinggi, serta tanda khusus di lengan kanan, menandakan si pemuda mempunyai jabatan yang layak di perhitungkan. Dengan tubuh lunglai, ia berusaha berjalan dan menyusuri tiap tubuh yang terdiam, kaku.
"Bragantara" teriak si pemuda dengan sisa tenaga yang ia punya. Suaranya menggema di seluruh bukit. Ia teruk mencari, diantara tubuh-tubuh kaku dan dingin. Lelah mencari ia tersungkur. Tangis si pemuda terdengar jelas menyayat, mengalahkan perih luka di sekujur tubuhnya. Tak lama, tangis itu berhenti seiring sang pemuda terbawa ke dunia mimpi dan tak sadarkan diri.
Ia terbangun, ditanah yang lembab, dengan sedikit cahaya. Suara air bergema mendominasi seluruh wilayah yang asing bagi si pemuda. Suara langkah kaki menyadarkannya.
"Kau tidur lama sekali" sebuah suara mengendorkan urat-uratnya yang sedari tadi tegang, waspada.
"Bragantara, kau...."
"ya, aku berhasil kabur dan bersembunyi disini. Bagaimana keadaan mu kakakku?"
Bersambung....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar