Tak tahu dari mana ia berasal, namun sejak aku kecil, aku telah sering melihatnya. Dibarat, selatan, utara, ia selalu ada, masih dengan berlari.
Tanpa mengenakan baju yang melindungi kulit hitam mengkilat itu, ia terus berlari. Tanpa menggunakan sepatu yang melindungi kaki yang juga hitam itu, ia masih terus berlari.
Jika kau bandingkan dengan peraih piala emas di Olympiade, ku rasa ia lebih tangguh. Seluruh hidupnya ia habiskan untuk berlari. Siang, malam, hingga pagi menjemput, ia terus berlari. Entah apa yang ingin ia kejar. Hidupnya seakan tertuju pada satu hal, berlari.
Dimana ia tidur? Kapan ia mandi? Apakah ia mempunyai keluarga? Pertanyaan itu acap kali muncul di benakku. Pernah suatu hari ku coba mengikutinya, tapi aku tak mampu kawan.
Lama aku tak melihatnya, seluruh ruas jalan yang kulalui. tak lagi pernah ku lihat ia. Kucoba bertanya pada pengguna jalan sekitar, tak satupun yang tahu. Iseng, aku bahkan pergi ke kantor polisi mencari informasi tentang pria pelari, dan yang kudapat tawa menggelegar si petugas. Kenapa aku ini? Apakah aku rindu padanya? Siapa yang gila, aku atau dia?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar