Bukan cuma aku yang mengalami hal itu, teman-teman sepermainanku pun demikian. Tak pernah kami melihat para Bapak harus bersusah payah mengejar anaknya yang mungkin membuat mereka kesal. Hanya dengan tatapan mata. Ya, tatapan mata.
Begitulah orang tua kami (khususnya bapak) mengekspresikan kemarahannya, senyap dan lembut, tapi menakutkan. Hanya dengan tatapan mata, kami dapat menggigil di belakang emak kami, bahkan sampai seharian. Hanya dengan tatapan mata kawan.
Namun kini, dapat kau jumpai orang tua yang harus berteriak saat memarahi anaknya. Kau dapat mendengar suara mereka dari ujung gang ke ujung lainnya. Bahkan tak jarang kau temui, anak yang tak segan-segan beradu tinju dengan sang ayah, hanya karena hal sepele.
Dimana rasa takut itu?
Dimana rasa hormat itu?
Dimana sopan-santun yang sering di ajarkan di sekolah?
Mereka bilang ini bukan zamannya lagi. Anak-anak harus di beri kebebasan berekspresi. Mereka tidak akan menjadi anak yang cerdas, jika selalu di dikte orang tua mereka.
Satu persepsi yang salah besar.
Kemana kiblat kita, Eropa?
Pernahkah kau lihat kawan, perlakuan anak-anak terhadap orang tua mereka disana? (yang mereka sebut kebebasan berekspresi), sungguh menyedihkan. Anak-anak mempunyai dunia mereka sendiri. tak ada lagi kedekatan antara orang tua dan mereka. Dan, tak jarang mereka terjerumus dalam pergaulan yang tak semestinya. Dan, kiblat itukah yang akan kita adopsi?
Tak tau dengan kau, tapi dengan lantang aku akan mengatakan TIDAK!
Aku tak ingin generasi setelah kita nanti menjadi generasi yang tak mengedepankan moral dalam bertindak, tak mempunyai adab dalam bertingkah.
Relakah kau suatu saat nanti kau lihat anak-anak menganiaya orang tua mereka sendiri?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar